Vaksin AstraZeneca Mengandung Tripsin Babi? Begini Proses Produksinya

Ilustrasi Vaksin AstraZeneca (Antara)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Rabu, 7 April 2021 | 13:40 WIB

SariAgri -  Vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca sempat menghebohkan masyarakat beberapa waktu lalu. Musababnya, diduga mengandung tripsin babi, hal ini tentu membuat masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim ragu akan kegunaan vaksin berkode AZD 1222.

Virologist sekaligus Dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. rer. nat. apt. Aluicia Anita Artarini, menegaskan bahwa produk jadi vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak mengandung tripsin babi.

"Produk jadi vaksin AstraZeneca tidak mengandung babi," ungkap Anita dalam sebuah diskusi daring bertajuk Bagaimana Proses Pembuatan Vaksin Covid-19 dan Apa Saja yang Terkandung di dalamnya? Senin (29/3/2021).

Namun untuk dapat memahaminya, SobatAgri perlu mengetahui proses produksi vaksin Covid-19 AstraZeneca:

1. Bank Sel untuk Produksi

Platform vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca dengan kode AZD 1222 yang diproduksi dengan menggunakan adenovirus non-replicating sebagai vival vector antigen spike protein (S) dari virus SARS-CoV-2.

Oxford University Vaccine Center mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus vector yang berasal dari simpanse (chimpanse adenovirus vaccine vector = ChAdOX1), yang telah dipilih sebagai teknologi paling tepat, karena mampu menimbulkan respons imun cepat hanya dengan satu dosis.

Vaksin tersebut memiliki sequent genetic dari surface spike protein. Di dalam uji model ChAdox1, setelah divaksinasi, surface spike protein dari virus SAR-CoV-2 akan merangsang produksi antibodi sehingga menimbulkan perlindungan dari paparan virus tersebut.

Kandidat vaksin ChAdoX1 yang dikembangkan tidak menyebabkan virus bereplikasi (non-replicating virus), sehingga tidak akan menimbulkan infeksi pada mereka yang divaksinasi.

Sederhananya, Anita memaparkan bahwa genom adenovirus akan dimodifikasi dengan menghilangkan Gen E1 dan E3 yang ada. Selanjutnya, pada gen yang dihilangkan itu akan disisipkan atau ditambahkan materi genetik protein spike dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

"Sehingga, diperoleh genom adenovirus yang sudah membawa protein spike (SARS-CoV-2)," jelasnya.

Nah, DNA adenovirus yang mengandung gen spike ini kemudian akan ditransformasikan ke bakteri E. coli. Lalu dimurnikan sebelum dimasukkan ke sel HEK293. "E. coli cuma berfungsi meng-copy (memperbanyak), tetapi tidak bisa membuat adenovirus, yang bisa hanya sel HEK293 itu," tuturnya.

Perbanyakan sel HEK293 ini dilakukan di CBF, Oxford UK. Sel HEK293 yang diperoleh dari Thermo Fisher, kemudian dilakukan perbanyakan sesuai kebutuhan dengan melepaskan sel pada pelat menggunakan enzym TrypLE-Select (tripsin babi).

"Nah, tripsin itu fungsinya menggunting protein. Agar sel bisa lepas dan mengambang di medianya. Jadi, mudah diambil dan dipindahkan ke media baru," imbuhnya.
Perbanyakan sel HEK293 tersebut akan dimasukkan ke dalam Bank Sel Master. Kemudian dilakukan proses pencucian, sentrifugal dan penambahan medium DMEM, dan diinkubasi. Proses ini dilakukan berulang sampai memperoleh jumlah sel yang diinginkan.


2. Bibit Virus

Pada Bank Sel Master itu sel-sel yang ada akan dibagi menjadi dua kegunaan, yaitu Bank Sel Host untuk produksi dan bibit virus. Bank Sel Host untuk produksi adalah sel-sel yang diperbanyak dan diadaptasi menjadi sel suspensi.

Sedangkan, bibit virus merupakan sel yang diperbanyak lalu ditambah genom adenovirus (transfeksi). Dari 0,01 Liter Bank Sel untuk produksi untuk mendapatkan bibit virus, maka akan dilakukan pengenceran dengan menggunakan buffer dalam volume 2000 Liter.

3. Zat Aktif

Pada tahap berikutnya adalah produksi zat aktif. Pada tahap ini akan terjadi pengenceran virus ke skala produksi yang besar berbasis air. Dalam proses ini, tahap pertama yang dilakukan adalah propagasi working cell bank (sel HEK293) secara bertingkat.

Dilanjutkan dengan produksi bioreaktor melalui penginfeksian dengan virus seed. Bahan-bahan yang digunakan dalam penginfeksian dengan virus seed adalah BalanCD HEK293 medium (FUJIFILM Irvine Scientific, Ind; Santa Ana, CA), yang merupakan zat kimia dan bebas dari komponen hewani.

Kemudian dipanen dan lisis, dilakukan proses klarifikasi, pemurnian (purification), dialfiltrasi menjadi buffer untuk formulasi, barulah di bekukan (freeze and store).
Tidak berhenti sampai disitu, zat aktif yang telah diproduksi tadi akan kembal diformulasikan atau diencerkan dengan buffer dalam volume 1000 Liter. Bahan-bahan yang dimasukkan kedalam formulasi ini adalah sebagai berikut.

- ChAdOx1 nCoV (AZD 1222)
- Histidine
- Magnesium Chloride
- PS80 - Ethanol
- Sucrose
- Sodium Chloride
- Edetate Disodium
- Water for Injection

"Tidak ada bahan-bahan berasal dari sumber hewani," tegas Anita.

4. Produk Jadi

Tahap akhir dalam produksi vaksin AstraZeneca ini adalah mengemas produk jadi. Sebelum dikemas, produk vaksin yang telah diencerkan dalam formulasi yang dibuat oleh pihak Oxford-AstraZeneca, maka produk itu akan kembali difiltrasi steril.

Baca Juga: Vaksin AstraZeneca Mengandung Tripsin Babi? Begini Proses Produksinya
Vaksin Pfizer Diklaim 100 Persen Aman Bagi Anak

Setelah selesai, barulah dilakukan pengisian yaitu 10 x 0,5 ml dosis per botol yang ditargetkan, dan dikemas. "Dalam tahapan produksi yang dilakukan oleh Oxford-AstraZeneca tidak digunakan bahan yang merupakan turunan babi," kata Anita.

"Tripsin digunakan untuk melepas sel inang oleh supplier sebelum dibeli oleh Oxford-AstraZeneca, dan tidak bersinggungan langsung dengan vaksin," pungkasnya.