Jelang Nataru: Stok Pangan Aman, Harga Naik Hanya Musiman

Pasokan beras di Bulog cukup untuk akhir tahun 2020

Penulis: Yoyok, Editor: M Kautsar - Senin, 21 Desember 2020 | 21:01 WIB

SariAgri -  Tutup tahun 2020 tinggal 10 hari lagi. Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, sejumlah harga pangan selalu cenderung naik. Terbukti, harga telur ayam ras di pasaran sekitar Rp28.000 per kilogram (kg).

Itulah sebab, Pusat Informasi harga pangan Strategis Nasional (PIHPSN) mencatat hampir semua harga pangan mengalami kenaikan 1 hingg 3,5 persen pada pekan ini atau menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru).  

Tapi, hanya beberapa komoditas yang tak mengalami kenaikan harga, yakni gula pasir lokal, daging ayam ras segar, beras kualitas Super II, dan minyak goreng kemasan. Ini terjadi karena harga komoditas ini sudah ditentukan harganya alias berdasarkan harga eceran tertinggi yang ditentukan pemerintah.

Terkait pasokan, Kepala Badan ketahanan pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi memastikan beberapa stok pangan mengalami surplus. Kondisi ini menjamin ketersediaan dan pasokan pangan jelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2021. "Ketersediaan pangan kita itu cukup sampai dengan akhir tahun 2020," jelas Agung, kemarin.

Meski ditemukan kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti telur tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, kenaikan harga masih terkendali dan wajar. Agung menjelaskan, menjelang Nataru sering terjadi tren peningkatan harga karena peningkatan permintaan pangan masyarakat terhadap bahan pangan.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten dalam melakukan monitoring harga dan pasokan komoditas. "Di mana yang kurang. Misalnya Maluku Utara hari ini kekurangan cabai, kita kirim dari sentra cabai ke sana. Itu merupakan bentuk intervensi pemerintah, Kementerian Pertanian," katanya.

Dia menilai pandemi Covid-19 tidak terlalu berdampak terhadap kenaikan harga komoditas pangan, melainkan lebih terhadap distribusi dari komoditas tersebut.

"Ya suka tidak suka pasti psbb menghambat distribusi pangan apalagi kita ini 17 ribu pulau. Mengantarkan ke 17 ribu pulau itu kan tidak mudah. Artinya harus ada peran dari pemerintah. Intervensi pertanian atas saran Menteri Pertanian sudah dilakukan dan cukup berhasil," ujarnya.

Berdasarkan angka Prognosa Pangan, ketersediaan pangan mayoritas surplus. Hingga akhir Desember 2020 tercatat sejumlah komoditas diantaranya beras 6,6 juta ton, jagung 1,5 juta ton, bawang merah 82 ribu ton, bawang putih 148 ribu ton, cabai besar 3.000 ton, cabai rawit 10.000 ton, daging sapi/kerbau 132.000 ton, daging ayam ras 276 ribu ton, telur ayam ras 97 ribu ton, gula pasir 1,4 juta ton, dan minyak goreng 7 juta ton.

"Dari pantauan yang kami lakukan, harga pangan jelang Natal dan tahun baru masih stabil, aman dan terkendali. Karena itu yang penting adalah aksesnya untuk masyarakat," pungkas Agung.

Puncak Harga Januari

Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Distribusi Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Inti Pertiwi menjelaskan bahwa harga telur akan mulai turun pada Januari seiring berakhirnya musim libur Natal dan Tahun Baru. "Puncak harga tinggi di minggu akhir Desember, lalu mulai turun setelahnya," kata Inti.

Proyeksi BKP memperlihatkan bahwa harga telur di tingkat produsen akan mencapai level tertinggi di kisaran Rp25.000 per kg pada minggu terakhir Desember yang diikuti dengan kenaikan harga di tingkat eceran menjadi Rp28.000 per kg.

Harga di tingkat produsen diperkirakan akan mulai turun, tetapi masih di kisaran Rp23.000 sampai Rp24.000 per kg. Data BKP menunjukkan harga akan bertahan di kisaran Rp20.000 sampai Rp23.000 per kilogram sampai Maret 2021."Kami akan terus perbaiki proyeksi dan semoga sesuai perkiraan," jelasnya.

Pantauan BKP per 18 Desember memperlihatkan bahwa harga rata-rata telur nasional berada di level Rp27.131 per kg atau turun 0,16 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Sebaliknya, untuk harga rata-rata di Pulau Jawa mencapai Rp27.348 atau naik 0,98 persen.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional, Musbar Mesdi menjelaskan kenaikan harga yang terjadi di pasaran dipicu oleh kenaikan permintaan selama pandemi.

Hasil perhitungan yang dilakukan Direktorat Jenderal peternakan Hewan Kementerian Pertanian dan pelaku usaha memperkirakan terjadi pertumbuhan kebutuhan telur per kapita sebesar 4 kilogram pada 2020.

"Konsumsi per kapita selama pandemi dan WFH naik sekitar 4 kilogram per kapita dari 14,7 kilogram per kapita per tahun menjadi 18,7 kilogram per kapita. Ini di luar ekspektasi," kata Musbar.

Baca Juga: Jelang Nataru: Stok Pangan Aman, Harga Naik Hanya Musiman
Pasar Mitra Tani Kementan Semakin Dekat dan Mudah Diakses Masyarakat

Selain karena kenaikan permintaan, Misbar menjelaskan harga juga dipicu oleh harga bibit ayam layer yang menyentuh Rp17.000 per ekor. Harga ini jauh meningkat dibandingkan harga pada September 2018 yang masih di kisaran Rp6.000 sampai Rp7.000 per ekor.

"Kami sebenarnya sudah mengeluhkan kenaikan harga yang terjadi bertahap sampai saat ini," ujarnya.

Harga pangan cenderung naik
Harga pangan cenderung naik