Asal-usul Nastar, Alias ''Ananas'' dan ''Taart''

Ilustrasi nastar. (Pixabay)

Editor: M Kautsar - Selasa, 3 Mei 2022 | 21:00 WIB

Nastar menjadi panganan paling populer di antara keluarga yang merayakan Idul Fitri. Panganan ini kerap disajikan untuk tamu yang bersilaturahmi.

Tapi, tahukah kamu bahwa nastar memiliki ikatan dengan sejarah Belanda? Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan kue kering tersebut mulanya dikenal pada masa kolonial melalui pertukaran hantaran dari keluarga Eropa untuk keluarga priyayi yang merayakan hari Lebaran. Kue-kue tersebut juga menjadi kudapan yang biasa dihidangkan pada hari-hari perayaan umat Nasrani.

Ia mengatakan kue kering yang diadopsi dari kalangan Eropa tersebut dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memiliki bentuk, bahan, dan rasa yang berbeda dengan aslinya.

Nastar, misalnya, terinspirasi dari kue pai atau tar Eropa yang biasanya diisi dengan bluberi dan apel. Nastar berasal dari dua kata dalam bahasa Belanda yaitu "ananas" (nanas) dan "taart" (pie).

Fadly mengatakan nastar merupakan inovasi yang dibuat oleh para perempuan Belanda yang menetap di Hindia Belanda. Kala itu mereka memanfaatkan buah nanas yang hanya tumbuh di daerah tropis sebagai pengganti isian kue.

"Itulah ada proses modifikasi, artinya di tangan orang-orang di Hindia Belanda berbeda dengan apa yang dihasilkan di Belanda sana. Kalau kita perhatikan bentuk nastar dan kastengel yang ada di Belanda itu berbeda," ujar Fadly kepada Antara.

Pakar pastry terkenal di Indonesia, Chef Yongki Gunawan, menyebut resep nastar terinspirasi dari pie yang dibuat di loyang besar. Pie tersebut biasanya berisi blueberry, stroberi, dan apel. Adonannya terdiri dari tepung terigu, telur, mentega, dan bahan lain. Katanya, pada masa penjajahan, buah-buah isian pie susah dicari di Indonesia. “Maka masyarakat menggantinya dengan buah nanas yang mudah didapat di Indonesia yang notabene-nya negara tropis,” kata Yongki dikutip dari laman Indonesian Chef Association.

Yongki mengatakan bahwa nastar masuk dalam kategori cake, bukan kue kering. Hal ini dikarenakan teksturnya yang lembut dan lembap. Bukan garing atau renyah seperti kue kering pada umumnya. Jadi, nastar termasuk kue nanas bukan kue kering.

Nastar Hantaran Keluarga Priyayi dan Eropa

Selain keluarga Eropa, Fadly menambahkan bahwa kalangan yang mengonsumsi kue-kue kering itu mulanya hanya keluarga priyayi atau ningrat sebab merekalah yang memiliki akses hubungan dengan orang-orang Eropa, hingga kemudian dibuat di rumah-rumah tangga pribumi kebanyakan.

"Pada masa itu, antara keluarga priyayi dan keluarga Eropa memiliki hubungan yang berkaitan dengan kepentingan politik, ekonomi atau bisnis, itu memang membuka hubungan yang terbuka dalam kaitan hantar-menghantarkan makanan," kata Fadly.

Tradisi hantaran tak hanya terjadi saat Lebaran Idul Fitri. Sebaliknya, ketika momen hari raya bagi orang-orang Eropa tiba, seperti Natal, maka keluarga pribumi juga turut menghantarkan makanan tradisional.

"Jadi tidak heran kalau pada masa kolonial orang Eropa juga mengenal makanan-makanan khas pribumi, ya, seperti tertulis dalam buku-buku masakan berbahasa Belanda. Mereka bukan hanya menikmati makanan Eropa, tapi juga apa yang dinikmati pribumi," kata Fadly.