Powell Kesampingkan Kenaikan Bunga 75 Basis Poin, Dolar Tersungkur

Ilustrasi: Lembaran dolar AS dan rupiah Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/pri)

Penulis: Yoyok, Editor: Arif Sodhiq - Kamis, 5 Mei 2022 | 09:00 WIB

Sariagri - Dolar jatuh ke level terendah satu minggu terhadap sekeranjang mata uang, Rabu (4/5) atau Kamis (5/5) pagi WIB, setelah Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengesampingkan prospek kenaikan suku bunga 75 basis poin. Bahkan ketika dia mengatakan bank sentral akan bertindak agresif untuk menjinakkan inflasi.

Powell mengatakan dalam konferensi pers menyusul pernyataan kebijakan The Fed bahwa bank sentral tidak secara aktif mempertimbangkan kenaikan 75 basis poin, tetapi lompatan tambahan 50 basis poin akan dibahas untuk beberapa pertemuan berikutnya.

Itu terjadi setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin, kenaikan terbesar dalam 22 tahun, dalam keputusan yang diprediksi pasar secara luas.

"Pada dasarnya pasar memperhitungkan peluang 50/50 bahwa kita melihat kenaikan 75 basis poin pada Juli, antara Juni dan Juli, jadi saya pikir poin paling penting di sini yang menurut saya pasar benar-benar terpaku, adalah apakah kenaikan 75 basis poin dipertimbangkan atau tidak, dan dia (Powell) pada dasarnya mengesampingkan itu," kata Mazen Issa, analis TD Securities di New York.

Indeks Dolar (Indeks DXY) turun tajam setelah komentar Powell, jatuh ke level terendah satu minggu di 102,48, sebelum menelusuri kembali ke posisi terakhir di 102,62, atau turun 0,76 persen pada sesi Rabu.

The Fed juga mengatakan balance sheet 9 triliun dolar AS akan dibiarkan turun sebesar 47,5 miliar dolar AS per bulan pada Juni hingga Agustus dan pengurangan akan meningkat menjadi 95 miliar dolar AS per bulan pada September.

Investor mengevaluasi apakah reli yang mengirim Indeks DXY ke level tertinggi dalam 20 tahun, pekan lalu, memiliki lebih banyak ruang untuk terus berjalan setidaknya dalam jangka pendek, dengan sebagian besar sikap hawkish The Fed sudah diperhitungkan ke pasar.

Namun, The Fed diperkirakan memperketat kebijakan lebih dari rekan-rekannya. Eropa, misalnya, sedang berjuang menghadapi pertumbuhan yang lebih lemah dan gangguan energi karena sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah menginvasi Ukraina.

Euro menguat 0,82 persen menjadi 1,0606 dolar AS, bangkit dari 1,0470 dolar AS pada Kamis lalu, yang merupakan level terendah sejak Januari 2017.

Dolar AS juga diuntungkan dari arus  safe-haven  karena pembatasan Covid-19 di China memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan global dan gangguan rantai pasokan.

Baca Juga: Powell Kesampingkan Kenaikan Bunga 75 Basis Poin, Dolar Tersungkur
Dolar Melemah Jelang Pertemuan The Fed Besok

Beijing menutup sejumlah stasiun metro dan rute bus serta memperpanjang pembatasan Covid-19 di banyak tempat umum, Rabu, memfokuskan upaya untuk menghindari kondisi seperti di Shanghai, di mana jutaan orang dikunci ketat selama lebih dari sebulan.

Dolar Aussie Berjaya untuk hari kedua, setelah Reserve Bank of Australia, Selasa, menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,35 persen, kenaikan pertama dalam lebih dari satu dekade, dan menandai lebih banyak lagi yang akan datang saat berupaya memangkas stimulus pandeminya. Aussie melambung 2,03 persen menjadi 0,7241 dolar AS.