Nilai Tukar Rupiah Kemungkinan Tertekan oleh Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Ilustrasi rupiah di antara dolar AS (Istimewa)

Editor: Yoyok - Selasa, 18 Januari 2022 | 10:04 WIB

Sariagri - Nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (18/1) pagi menguat 8 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp14.316 per dolar Amerika Serikat (AS) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.324 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, menyatakan nilai tukar rupiah hari ini kemungkinan masih akan mendapatkan tekanan terhadap dolar AS dari kenaikan yield atau imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Yield obligasi pemerintah AS terus menanjak pada perdagangan kemarin karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS sebanyak tiga atau empat kali yang digaungkan oleh para pejabat Bank Sentral AS. Yield obligasi tenor 10 tahun sudah naik ke kisaran 1,82 persen, yang tertinggi sejak Januari 2020,” ujar Ariston.

Ariston mengatakan, kenaikan inflasi konsumen AS bulan Desember di 7 persen year on year memaksa Bank Sentral AS untuk mempercepat kebijakan pengetatan moneternya. “Pengetatan moneter akan mendorong penguatan dolar AS karena bank sentral menarik likuiditas dolar di pasar,” paparnya.

Ariston menambahkan, sementara dari dalam negri, surplus neraca perdagangan bulan Desember 2021 tidak sesuai ekspektasi pasar.

“Surplus hanya sekitar 1 miliar dolar AS, di bawah ekspektasi 3 miliar dolar AS. Penyebabnya karena pertumbuhan ekspor di bawah pertumbuhan impor. Bila tren berlanjut, neraca perdagangan bisa defisit dan ini tidak menguntungkan rupiah,” jelas Ariston,

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Kemungkinan Tertekan oleh Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS
Nilai Tukar Rupiah Senin Sore Anjlok, Pasar Tunggu Pertemuan The Fed

Ariston kemudian menyebut perkembangan pandemi Covid-19 juga masih diwaspadai pelaku pasar. Walaupun Omicron hanya menimbulkan gejala ringan tapi penyebaran yang meluas menimbulkan pembatasan aktivitas ekonomi di beberapa negara besar. “Kondisi ini bisa mendorong pelaku pasar mencari aman di aset dolar AS,” pungkasnya.

Menurut Ariston, potensi pelemahan ke kisaran Rp14.350-Rp14.380 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.300 per dolar AS.