Duh, Negara Berkembang Diingatkan IMF untuk Siap Hadapi Kenaikan Bunga Fed

Logo Dana Moneter Internasional (IMF)

Penulis: Yoyok, Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 11 Januari 2022 | 10:00 WIB

Sariagri - Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan agar negara-negara berkembang bersiap untuk menghadapi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS). IMF juga mengingatkan bahwa langkah Federal Reserve yang lebih cepat dari yang diharapkan dapat mengguncang pasar keuangan dan memicu arus keluar modal dan depresiasi mata uang di luar negeri.

Sebuah artikel yang diterbitkan di blog IMF, Senin (10/1), memperkirakan bahwa pertumbuhan AS yang kuat akan berlanjut, dengan inflasi kemungkinan akan moderat di akhir tahun. IMF baru akan merilis perkiraan ekonomi global pada 25 Januari mendatang.

Artikel itu juga menyebutkan, pengetatan kebijakan moneter AS secara bertahap dan terkirim dengan baik kemungkinan akan berdampak kecil pada  emerging market , dengan permintaan asing mengimbangi dampak kenaikan biaya pinjaman.

Tetapi inflasi upah AS yang berbasis luas atau hambatan pasokan yang berkelanjutan, dapat mendorong kenaikan harga melebihi antisipasi, dan memicu ekspektasi inflasi yang lebih cepat, serta kenaikan suku bunga yang lebih cepat oleh bank sentral AS.

"Negara-negara berkembang harus bersiap menghadapi potensi gejolak ekonomi," kata IMF, mengutip risiko yang ditimbulkan oleh kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat dari perkiraan dan kebangkitan kembali pandemi Covid-19.

Presiden The Fed St Louis, James Bullard mengatakan The Fed bisa menaikkan suku bunga secepat-cepatnya pada Maret, lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Sekarang The Fed berada dalam "posisi yang baik" untuk mengambil langkah-langkah yang lebih agresif terhadap inflasi, sesuai kebutuhan.

"Kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat dapat mengguncang pasar keuangan dan memperketat kondisi keuangan secara global. Perkembangan ini bisa berdampak pada perlambatan permintaan dan perdagangan AS, dan dapat menyebabkan arus keluar modal dan depresiasi mata uang emerging market," tulis pejabat senior IMF di blog itu.

Menurutnya  emerging market  dengan utang publik dan swasta yang tinggi, eksposur valuta asing, dan saldo transaksi berjalan yang lebih rendah telah melihat pergerakan yang lebih besar dari mata uang mereka, relatif terhadap dolar AS.

IMF juga mengatakan  emerging market  dengan tekanan inflasi yang lebih kuat, atau kelembagaan yang lebih lemah harus bertindak cepat untuk membiarkan mata uang terdepresiasi dan menaikkan suku bunga acuan.

Baca Juga: Duh, Negara Berkembang Diingatkan IMF untuk Siap Hadapi Kenaikan Bunga Fed
Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Kemungkinan Masih Lanjut Menguat

IMF mendesak bank sentral untuk secara jelas dan konsisten mengomunikasikan rencana mereka untuk memperketat kebijakan, dan negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi dalam mata uang asing harus menguyakan untuk melindungi eksposur mereka jika memungkinkan.

Pemerintah juga dapat mengumumkan rencana untuk meningkatkan sumber daya fiskal dengan secara bertahap meningkatkan pendapatan pajak, membenahi penerapan sistem pensiun dan subsidi, atau langkah-langkah lain.