Inilah Alasan Kenapa Orang Asia Selatan Rentan Terkena COVID-19 Parah

Ilustrasi virus corona (Foto: Pixabay)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 5 November 2021 | 14:00 WIB

Sariagri - Ilmuwan University of Oxford di Inggris menemukan faktor yang menggandakan risiko keparahan penyakit dan kematian akibat COVID-19. Dimana mereka mengungkap, ada 60 persen orang dari latar belakang Asia Selatan dan 15 persen orang keturunan Eropa membawa versi gen yang berisiko tinggi terhadap virus corona.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Genetics itu menjelaskan alasan beberapa komunitas di Inggris dan Asia Selatan berisiko lebih tinggi saat kena COVID-19. Akan tetapi, penelitian itu tidak sepenuhnya menjelaskan penyebabnya.

Untuk diketahui, Asia Selatan itu meliputi India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Bhutan, Nepal, Kepulauan Maladewa (Maldives), dan Afghanistan.

Melanjutkan pekerjaan genetik sebelumnya, para peneliti menggunakan kombinasi kecerdasan buatan dan teknologi molekuler baru untuk menentukan persisnya gen mana yang bertanggung jawab atas risiko keparahan Covid-19. Ternyata gen LZTFL1 inilah yang berperan.

Para ilmuwan memperkirakan, versi gen yang berisiko COVID-19 parah ada pada sekitar dua persen orang dari latar belakang Afrika-Karibia dan 1,8 persen orang keturunan Asia Timur. Peneliti utama Prof James Davies mengatakan, penemuan bahwa gen berisiko tidak memengaruhi semua populasi secara merata sangat penting.

Menurut Prof Davies, campuran faktor yang kompleks, termasuk usia khususnya, berkontribusi pada risiko individual setiap orang. Faktor sosial-ekonomi juga mungkin menjadi penting dalam menjelaskan mengapa beberapa komunitas sangat terpengaruh oleh pandemi.

"Meskipun genetik tidak dapat kita ubah, temuan kami menunjukkan bahwa orang-orang dengan gen risiko lebih tinggi cenderung mendapat manfaat dari vaksinasi," ujar Prof Davies yang merupakan associate professor of genomics, Radcliffe Department of Medicine di University of Oxford, dikutip BBC, Jumat (5/11/2021).

Para ilmuwan meyakini risiko terkait versi gen membuat paru-paru orang lebih rentan terhadap virus corona tipe baru (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19. Mereka berhipotesis bahwa gen berisiko tinggi menggagalkan mekanisme perlindungan utama yang biasanya digunakan sel-sel yang melapisi paru-paru untuk mempertahankan diri dari Corona.

Ketika sel-sel yang melapisi paru-paru berinteraksi dengan virus corona, salah satu strategi pertahanannya adalah berubah menjadi sel yang kurang terspesialisasi dan menjadi kurang ramah terhadap virus. Proses despesialisasi ini mengurangi jumlah protein kunci yang disebut ACE-2 di permukaan sel, yang merupakan kunci menempelnya virus corona pada sel.

Baca Juga: Inilah Alasan Kenapa Orang Asia Selatan Rentan Terkena COVID-19 Parah
Dosen IPB University: Minyak Kayu Putih Berpotensi Cegah Covid-19

Namun bagi orang-orang dengan versi gen LZTFL1 yang berisiko, proses ini tidak bekerja dengan baik, dan sel-sel paru-paru dibiarkan rentan terhadap invasi virus. Para ilmuwan mengatakan, penting bahwa gen yang terlibat memengaruhi paru-paru, tetapi tidak berdampak pada sistem kekebalan tubuh.

Ini berarti orang yang berisiko tinggi masih bisa mendapatkan perlindungan kekebalan dari vaksin. Para ilmuwan berharap penemuan tersebut membantu mengarah pada obat baru yang disesuaikan yang fokus pada paru-paru, bukan pada sistem kekebalan tubuh seperti yang sekarang terjadi.