Ini Gejala Virus Nipah yang Disebut Mirip Covid-19

Penulis: Rashif Usman, Editor: M Kautsar - Jumat, 10 September 2021 | 13:00 WIB
Sariagri - Kota Kerala di India tengah berjuang melawan dua infeksi virus yang berbeda saat ini. Di tengah wabah kasus virus Corona, warga Kerala juga sedang menghadapi wabah virus Nipah.
Mengutip dari Times of India, seorang anak laki-laki usia 12 tahun meninggal dunia karena virus Nipah di Kerala. Sementara itu, 11 orang yang kontak dengan korban dilaporkan menunjukan gejala.
Apa itu virus Nipah?
Virus Nipah pertama kali ditemukan di Malaysia pada tahun 1990. Di India, pertama kali terdeteksi di Siliguri, Benggala Barat pada tahun 2001, ketika 45 orang meninggal terinfeksi virus itu.
Virus Nipah cukup mengkhawatirkan karena tingkat risiko kematian akibat virus ini 40 hingga 80 persen dengan masa inkubasinya selama 2 pekan. Virus Nipah digambarkan sebagai virus zoonosis, yang ditularkan melalui hewan ke manusia dan juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau kontak langsung antar manusia.
Penyebabnya adalah kelelawar buah. Orang yang terinfeksi virus ini dapat mengalami masalah parah seperti penyakit pernapasan akut dan ensefalitis fatal.
Virus Nipah bukan infeksi udara dan ditularkan dari kelelawar maupun babi. Infeksi virus Nipah ini tidak hanya berakibat fatal pada manusia, tetapi juga hewan.
Gejala umum virus Nipah
Orang yang terinfeksi virus Nipah dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan infeksi Covid-19, seperti batuk, sakit tenggorokan, pusing, mengantuk, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan otak (ensefalitis).
Sedangkan gejala umum pada virus Nipah adalah sakit kepala, leher kaku, kebingungan mental, kejang dan kepekaan terhadap cahaya. Orang yang terserang virus ini mungkin menjadi tidak sadar dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Baca Juga: Ini Gejala Virus Nipah yang Disebut Mirip Covid-19Tegas! Anies Tidak Akan Menoleransi Pelaku Usaha yang Melanggar Prokes
Pengobatan virus Nipah
Tidak ada pengobatan yang pasti untuk virus ini. Jika seseorang menemukan gejalanya, ia harus segera berkonsultasi dengan dokter yang akan memastikan diagnosis dengan bantuan RT-PCR, cairan serebrospinal, urin, dan tes darah. Nanti, setelah sembuh, dilakukan tes antibodi.
Obat-obatan disarankan oleh dokter untuk merawat ensefalitis dan gejala lainnya. Disarankan untuk tidak mengobati sendiri karena dapat meningkatkan risiko dan memperburuk kondisi.