Terkuak! Ini Alasana Kenapa Cina Jor-joran Ekspor Vaksin COVID-19

ilustrasi vaksin covid-19. (Pixabay)

Penulis: Tatang Adhiwidharta, Editor: Reza P - Senin, 2 Agustus 2021 | 12:40 WIB

SariAgri -  Cina menjadi salah satu negara eksportir vaksin COVID-19 di dunia. Sejauh ini negara markas produsen-produsen seperti Sinovac, Sinopharm, dan Cansino itu telah fokus untuk mendistribusikan vaksinnya kepada negara-negara berkembang.

Seperti diberitakan CNBC, pemberian vaksin ke berbagai negara sempat mendapat kecaman dari kubu Amerika Serikat (AS) dan sekutunya seperti Prancis dan Jerman. Cina dan Rusia dianggap menggunakan vaksin sebagai alat untuk memenangkan pengaruh geopolitik.

Laporan ini diperparah dengan pemberitaan bahwa Beijing sedang mengancam Ukraina untuk memblokir pengiriman yang direncanakan setidaknya 500 ribu dosis jika Kiev tetap setuju memberikan akses kepala hak asasi manusia PBB ke Xinjiang.

Menanggapi hal itu, juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian mengatakan vaksin COVID-19 bukanlah alat untuk kepentingan politik. Ia mengatakan Cina telah mengirim lebih dari 700 juta dosis vaksinnya ke luar negeri

"Kami telah membantu lebih dari 100 negara menyelamatkan nyawa dan memerangi pandemi tanpa syarat politik apa pun. Jika ini dianggap sebagai diplomasi vaksin, ini sangat populer dan menjadi kepentingan bersama masyarakat internasional," katanya.

Selain itu, Zhao menyebut bahwa Presiden Xi Jinping memiliki komitmen untuk membantu pemulihan COVID-19 di beberapa negara berkembang dengan dana sebesar US$ 3 miliar setara Rp52 triliun.

Baca Juga: Terkuak! Ini Alasana Kenapa Cina Jor-joran Ekspor Vaksin COVID-19
Indonesia Terima 620 Ribu Dosis Vaksin AstraZeneca Besok

Ia mengklaim bahwa ekspor vaksin COVID-19 buatan Cina jauh lebih tinggi di atas pengiriman negara-negara seperti negara Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS).

"Ekspor vaksin Cina 227% lebih banyak dari ekspor vaksin Eropa, dan 84 kali lebih tinggi dari sumbangan AS,"jelasnya.

Menanggapi isu vaksin Ukraina, Zhao menambahkan bahwa tuduhan ini keliru dan pembatalan dalam perikatan dengan Kiev secara legal mungkin terjadi.

"Tidak ada perikatan dalam perjanjian pengiriman itu," pungkasnya.