Mengenal Varian Lokal COVID-19 B.1.466.2, Berbahayakah?

Ilustrasi virus corona. (Foto: Pixabay)

Penulis: M Kautsar, Editor: Reza P - Kamis, 29 Juli 2021 | 13:30 WIB

SariAgri - Mutasi Sars-Cov-1 terus terjadi di sejumlah wilayah di dunia. Di Indonesia, mutasi virus ini ditemukan pada November 2020 dan dinamai varian B.1.466.2.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, Nadia Tarmidzi dalam paparannya di laman Youtube FMB9ID_IKP, menjelaskan secara tertulis mengenai varian ini.

“Indonesia juga melaporkan varian lokal B.1.466.2 yang masuk dalam alert WHO untuk pemantauan lebih lanjut,” ucap Nadia.

Sebaran B.1466.2 di dunia. (Foto: Outbreak.info)
Sebaran B.1466.2 di dunia. (Foto: Outbreak.info)

Menurut data dari laman Outbreak.info, sejak kasus infeksi perdana terjadi pada Agustus 2020 hingga 5 Juli 2021 terdapat 921 pasien yang terjangkit varian ini.

Sebaran B.1466.2 di dunia. (Foto: Outbreak.info)
Sebaran B.1466.2 di dunia. (Foto: Outbreak.info)

Meski demikian, Nadia mengatakan hingga per 28 Juli 2021 indonesia telah melaporkan 3.651 sequencing ke data global. Sampai saat ini Indonesia sudah melaporkan terjadinya tiga variant of Concern (VoC) yaitu varian Alpha, Beta, dan Delta, serta Varian of Interest (VoI) yaitu varian Kappa dan Eta.

Nadia mengatakan dari total sampel yang dilaporkan terdapat 1.019 VoC atau mendominasi 86 persen dari total spesimen dari  24 Provinsi berupa varian Delta. Potensi penularan varian ini sangat tinggai dan peningkatan kematian. Persebaran sudah hampir merata di Indonesia.

“Kami masih mendapatkan laporan masih banyak yang tidak mau melaksanakan isolasi secara terpusat. Sehingga ketika gejala sudah berat dan cenderung kritis baru mengakses fasilitas layanan kesehatan,” ucap Nadia.

“Untuk masyarakat yang melakukan isolasi (mandiri) harus dipastikan kondisinya terus dipantau tenaga kesehatan,” kata dia.

Sementara itu, menurut Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan varian lokal Indonesia untuk virus corona penyebab COVID-19 sudah teridentifikasi sejak Desember 2020.

"Varian lokal Indonesia sudah ada sejak Desember 2020, sudah teridentifikasi varian lokal, sudah dilaporkan," kata Yunis, dilaporkan Antara, Rabu (28.7).

Namun, varian lokal itu bukan merupakan varian baru karena sifatnya tidak berubah dan memiliki tingkat penularan yang tidak tinggi. Varian lokal itu ditemukan melalui genomic surveillance atau hasil pengurutan genom virus (whole genom sequencing).

Negara-negara melakukan genomic surveillance dan melaporkan hasilnya kepada WHO yang akan menilai suatu varian tertentu bisa dikategorikan sebagai varian baru.

Yunis menuturkan varian virus bisa berkembang kapan saja tanpa menunggu prevalensi COVID-19 banyak. Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 tergolong mudah bermutasi dan hingga sekarang sudah ada 11 varian.

Virus Membawa Genom Berbahaya

Penelitian yang dikembangkan peneliti Indonesia di School of Life Sciences, Universitas Birmingham, Inswasti Cahyani, dan peneliti Pusat Studi Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko W. Putro menyatakan bahwa varian B.1.466.2 membawa D614G yang terletak dalam protein yang membentuk paku di permukaan virus corona. Paku ini bisa jadi pintu masuk virus membobol sel manusia.

Dalam sekuens genom yang dimuat Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) sebaran D614G sudah ada sejak pertama kali ditemukan di Indonesia.

Mutasi D614G merupakan jenis mutasi yang sangat umum. Mutasi jenis ini ada di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan sebagian Asia. Mutasi ini pertama kali dideteksi di Eropa pada bulan Februari. Sejak saat itu, jenis ini menyebar dengan cepat dan luas ke berbagai negara.

Mutasi D614G bisa dikatakan paling dominan di dunia karena penyebarannya yang 10 kali lipat lebih tinggi dibanding jenis lain.