Tulang Punggung Ekonomi, Ini Dukungan BI untuk Akselerasi Digitalisasi UMKM

Ilustrasi - UMKM kuliner. (Piqsels)

Editor: Arif Sodhiq - Jumat, 23 Juli 2021 | 14:20 WIB

SariAgri - UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional. Lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia telah berkontribusi 57,14 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), menyerap 96,92 persen tenaga kerja dan berkontribusi terhadap total ekspor non migas sebesar 15,65 persen pada 2019.

“Namun kita sadari bersama, banyak UMKM yang masih menghadapi berbagai kendala di antaranya seperti akses pembiayaan, kesiapan digital dan akses pemasaran,” ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti dalam webinar Indonesia Banking School, Jumat (23/7/2021).

Menurut dia, ada potensi besar bagi UMKM yaitu melalui digitalisasi. Berdasarkan survei yang dilakukan menunjukkan sekitar 222 juta penduduk Indonesia di tahun 2030 diperkirakan akan masuk ke dalam kelompok ekonomi menengah sehingga menciptakan daya beli yang kuat.

“Maka dalam hal ini kontribusi UMKM jika terjadi peningkatan digitalisasi, maka perekonomian nasional diprediksi bisa meningkat sekitar 2 persen. Ini jadi peluang yang perlu dioptimalkan,” ungkapnya.

Damayanti mengatakan tantangan saat ini adalah UMKM yang memanfaatkan digitalisasi melalui marketplace baru 13 persen dari total 64,2 juta UMKM. Penyebabnya keterbatasan pengetahuan dan kapasitas produksi yang masih belum memadai.

“Kami coba melakukan survei di Bank Indonesia, di mana kami mensurvei sekitar 2970 responden UMKM, di mana ada sekitar 12, 5 persen UMKM tidak terdampak dan adaptif terhadap pandemi COVID-19,” katanya.

Dari total 12,5 persen UMKM, lanjut dia, 27,6 persen di antaranya justru mengalami peningkatan penjualan dan penjualan 72,4 persen lainnya stabil.

“Kemudian kami tanya strategi apa yang digunakan sehingga penjualan mereka meningkat, mayoritas menjawab mereka menjualnya secara online,” katanya.

Menurut dia, beberapa UMKM yang terdampak pandemi COVID-19 sudah mulai mengubah strateginya dengan melakukan pemasaran secara online.

Dia menjelaskan dalam mendukung pemulihan digitalisasi UMKM, Bank Indonesia sedang mengembangkan implementasi QRIS (QR Code Indonesia Standard) di mana pembiayaan atau pembayaran langsung melalui internet tanpa melalui transaksi tatap muka.

“Kalau kita lihat siapa pengguna QRIS terbesar, itu adalah usaha kecil dan mikro dan kami terus meningkatkan penggunaan QRIS pada usaha menengah, hingga batas atau limit transaksi minimum QRIS bisa kami tingkatkan dari yang tadinya Rp2 juta jadi Rp5 juta,” jelasnya.

Baca Juga: Tulang Punggung Ekonomi, Ini Dukungan BI untuk Akselerasi Digitalisasi UMKM
Disiapkan, Koperasi Pemasaran untuk Serap Produk Pertanian

Dia menambahkan dalam kebijakan QRIS, Bank Indonesia menerapkan MDR (biaya transaksi) 0 persen) bagi usaha mikro sejak 1 Maret 2020 dan diperpanjang hingga 31 Desember 2021.

“Kami juga lakukan program onboarding UMKM dengan melakukan pendampingan dan pelatihan para UMKM binaan kami, khususnya terkait digital skill dan mindset, digital marketing, digital operation, digital present. Ini semua kami akan coba terus kembangkan UMKM sehingga berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya.

Video terkait: