Rupiah Kamis Pagi Perkasa, Pengamat: Sentimen Terhadap Risiko Membaik

Ilustrasi rupiah terhadap dolar AS di sebuah money changer (antarafoto)

Editor: Yoyok - Kamis, 22 Juli 2021 | 09:17 WIB

SariAgri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada Kamis (22/7) pagi perkasa atau menguat 28 poin atau 0,19 persen menjadi Rp14.515 per dolar AS dibandingkan posisi penutupan sebelumnya Rp14.543 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini berpotensi bergerak melemah ke kisaran Rp14.560 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.520 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah mungkin masih bisa melemah hari ini mengikuti pelemahan nilai tukar regional. Pasar masih mengkhawatirkan kenaikan kasus Covid-19 karena varian delta, dimana Asia Tenggara dianggap menjadi episentrumnya,” katanya.

Namun demikian, imbuh Ariston, pelemahan mungkin bisa tertahan karena sentimen pasar terhadap risiko terlihat membaik. “Pasar saham global menguat. Ada optimisme pasar terhadap perbaikan kinerja perusahaan,” pungkasnya.

Dikatehui, mata uang safe-haven dolar AS jatuh pada akhir perdagangan Rabu (21/7) atau Kamis pagi WIB turun dari level tertinggi lebih dari tiga bulan karena selera risiko kembali dengan saham-saham lebih tinggi, meskipun investor tetap berhati-hati di tengah kekhawatiran inflasi dan kekhawatiran tentang varian Virus Corona yang sangat menular.

Tempat berlindung yang aman lainnya, yen Jepang, juga turun terhadap dolar, karena penghindaran risiko mereda.

Varian Delta dari Virus Corona, yang telah menyebabkan lonjakan infeksi di seluruh dunia, naik ke puncak kekhawatiran investor bersama dengan inflasi minggu ini, mendorong bursa saham global turun tajam pada Senin (19/7). Namun, pasar ekuitas Eropa pada Rabu (21/7) melonjak dan saham Wall Street juga menguat.

Indeks Dolar Turun Namun Tetap Berprospek Positif

Pada perdagangan sore di New York, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,2 persen menjadi 92,755. Pada Selasa (20/7), indeks dolar mencapai level tertinggi lebih dari tiga bulan.

Namun, para pelaku pasar tetap bullish pada prospek dolar, setidaknya selama beberapa bulan ke depan.

“Antara diferensial imbal hasil dan permintaan safe-haven yang didorong oleh Covid, dolar AS telah menjadi primadona bola valas minggu ini,” kata Kepala Riset Pasar Global FOREX.com dan City Index, Matt Weller.

"Tema-tema ini akan terus mendukung dolar dalam beberapa minggu mendatang, tetapi pemulihan selera risiko pasar, terutama jika didorong oleh stimulus moneter atau fiskal tambahan dari AS, akan melemahkan tren kekuatan yang baru lahir pada greenback," tambahnya.

Langkah-langkah stimulus Federal Reserve atau pelonggaran kuantitatif telah menahan dolar karena meningkatkan pasokan mata uang dalam sistem keuangan.

"Saat ini kami memiliki inflasi tinggi di AS yang membuat pintu terbuka bagi The Fed untuk mengurangi stimulus," kata Joe Manimbo, senior analis pasar di Western Union Business Solutions, Washington, sebuah skenario yang positif untuk dolar.

Terhadap yen, dolar menguat 0,4 persen menjadi 110,26 yen.

Dolar Australia, dilihat sebagai proksi likuid untuk selera risiko, jatuh ke level terendah sejak November sebelum agak pulih. Aussie terakhir naik 0,4 persen menjadi 0,7357 dolar AS, sementara dolar Selandia Baru naik 0,9 persen menjadi 0,6976 dolar AS.

Dua negara bagian terbesar Australia melaporkan peningkatan tajam dalam kasus Covid-19 baru pada Rabu (21/7), pukulan terhadap harapan bahwa pembatasan penguncian akan dicabut karena lebih dari setengah populasi negara itu tunduk pada perintah tinggal di rumah.

Baca Juga: Rupiah Kamis Pagi Perkasa, Pengamat: Sentimen Terhadap Risiko Membaik
Rupiah Rabu Sore Anjlok, Analis: Akibat PPKM Darurat Diperpanjang

Pound Inggris, yang pada Selasa (20/7) mencapai level terendah sejak Februari, naik 0,6 persen pada 1,3715 dolar AS.
Analis menunjuk ke kebuntuan antara Inggris dan Uni Eropa. Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan pemerintahnya akan menguraikan pendekatannya pada Protokol Irlandia Utara ke parlemen Inggris pada Rabu (21/7). Kasus Covid-19 di Inggris juga melonjak.

Euro naik 0,2 persen versus dolar menjadi 1,1797 dolar AS.

Pasar mata uang menantikan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis waktu setempat. Nada dovish diperkirakan setelah Presiden ECB Christine Lagarde meramalkan perubahan panduan dalam sebuah wawancara minggu lalu.