Angka Covid-19 Naik, Ini Alasan Pemerintah Tak Ambil Kebijakan Lockdown

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pernyataan terkait KRI Nanggala-402di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, , Minggu (25/04/2021). (BPMI Setpres)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Rabu, 23 Juni 2021 | 14:30 WIB

SariAgri -  Di tengah lonjakan kasus COVID-19 pemerintah memutuskan untuk tetap menggunakan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Hal ini dilakukan karena opsi lockdown membutuhkan biaya besar.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, aspek kesehatan dan ekonomi sama pentingnya. Untuk itu, pemerintah memilih untuk mengambil kebijakan yang dinilai pas.

"Kita menghargai pandangan-pandangan orang yang mengatakan lockdown, tapi kan ini virusnya masih di sini terus. Kita lockdown sekarang nanti penularan berikutnya, seterusnya begitu, cost-nya itu sangat mahal sekali," kata Iskandar dalam webinar Sosialisasi Permenko Nomor 2 dan 3 Tahun 2021, Rabu (23/6/2021).

Ia melanjutkan, belajar dari pengalaman sebelumnya, penanganan COVID-19 perlu dibarengi dengan upaya pemulihan ekonomi. Apabila hal itu tidak dilakukan beriringan, perekonomian akan semakin terdampak.

"Kita tidak mungkin memulihkan ekonomi kalau COVID-nya tidak terkendali. Maka itu kalau pilihan yang pertama tentunya aspek kesehatan, tetapi kita tidak juga mau masyarakat ini kelaparan. Oleh karena itu, pemulihan ekonomi juga sangat penting," paparnya.

Baca Juga: Angka Covid-19 Naik, Ini Alasan Pemerintah Tak Ambil Kebijakan Lockdown
Covid-19 Kembali Merebak, Ahli Desak Pemerintah Indonesia Lockdown

Iskandar menyebut, penyelarasan kebijakan kesehatan dan ekonomi ini menjadi kunci keberhasilan Indonesia bisa bertahan sejauh ini. Untuk itu, pemerintah tidak bisa memilih salah satu titik ekstrem dengan melakukan lockdown di tengah peningkatan kasus COVID-19.

"Bapak Presiden memilih PPKM Mikro yang dipertebal. Sebenarnya PPKM Mikro ini sudah bagus, cuma tataran di lapangan perlu diperkuat. Karena sudah turun (kasus COVID-19), sudah bosan kejenuhan yang begitu panjang kita lupa dengan protokol 5M," pungkasnya.