Rupiah Akhir Pekan Menguat Tipis Jadi Rp14.285 per Dolar AS

Ilustrasi mata uang rupiah terhadap dolar AS (Foto Antara)

Editor: Yoyok - Jumat, 28 Mei 2021 | 15:41 WIB

SariAgri - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir transaksi di akhir pekan ini, Jumat (28/5), menguat tipis 3 poin atau 0,02 persen ke level Rp14.285 dibandingkan penutupan sebelumnya di level Rp14.288 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan rupiah naik tipis karena indeks dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya setelah terimbas kenaikan imbal hasil obligasi AS menjelang rilis data inflasi utama.

Data yang dirilis di AS pada Kamis menyebutkan bahwa 406.000 klaim pengangguran awal diajukan sepanjang minggu. Angka tersebut mencapai titik terendah dalam 14 bulan setelah pemutusan hubungan kerja mereda. Kemudian, produk domestik bruto (PDB) AS meningkat 6,4 persen secara kuartal ke kuartal selama kuartal pertama 2021, sedikit di bawah pertumbuhan 6,5 persen dalam perkiraan yang disiapkan oleh invest.com tetapi pertumbuhan yang sama seperti kuartal sebelumnya.

Namun, Presiden Federal Reserve Bank Dallas AS, Robert Kaplan, memperingatkan bahwa pasar tenaga kerja lebih ketat daripada yang disarankan oleh tingkat ketenagakerjaan. Rekan Kaplan di bank sentral telah meremehkan dampak kenaikan inflasi dalam komentar yang dibuat sepanjang minggu dan berjanji untuk mempertahankan kebijakan moneter yang dovish untuk beberapa waktu.

Secara bersamaan Presiden Joe Biden pada Jumat malam waktu AS akan mengumumkan anggaran 6 triliun dolar AS untuk tahun 2022 guna memastikan investasi dalam proyek infrastruktur, pendidikan dan perawatan kesehatan utama. Jika ini berhasil melewati Kongres yang terpecah, pengeluaran federal akan mencapai tingkat tertinggi sejak Perang Dunia II.

Proposal anggaran itu datang saat pemulihan ekonomi AS sehingga mendapatkan momentum. Pada hari Kamis, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah pasca pandemi 406.000, menjelang data gaji bulanan bulan Juni yang diawasi secara luas minggu depan.

Sementara itu, Ibrahim mengungkapkan sentimen dari dalam negeri berasal dari kebijakan suku bunga kredit perbankan. Sebab, bunga kredit bank sampai saat ini belum signifikan meskipun kebijakan transparansi  suku bunga kredit (SBDK) sudah diberlakukan.

Baca Juga: Rupiah Akhir Pekan Menguat Tipis Jadi Rp14.285 per Dolar AS
Rupiah Kian Melemah Jadi Rp14.375 per Dolar AS

Masyarakat dan pengusaha masih belum berani mengambil kredit bank karena masih belum ada kepastian akibat pandemi Covid-19. Padahal, nyata-nyata suku bunga kredit perbankan relatif masih tinggi sekalipun Bank Indonesia  menurunkan bunga acuan hingga 3,5 persen.

“Padahal, penurunan kredit perbankan sangat berpengaruh terhadap jalannya roda ekonomi. Sebab suntikan dana segar dari perbankan bisa memulihkan ekonomi. Ini merupakan batu sandungan sehingga target PDB yang sudah dirancang oleh Pemerintah selalu meleset dan itu terbukti PDB di tahun 2020 tidak sesuai dengan ekspektasi yang sudah di rancang oleh pemerintah,” pungkas Ibrahim.