Rupiah Dibuka Menguat ke Posisi Rp14.519 per Dolar AS

Ilustrasi mata uang rupiah terhadap dolar AS (Foto Antara)

Editor: Yoyok - Kamis, 22 April 2021 | 09:18 WIB

SariAgri - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (22/4) pagi menguat 11 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.519 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.530 per dolar AS.

Analis Senior Pasar Finansial PT Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto, memperkirakan tekanan pada rupiah hari ini kemungkinan meningkat. “Rupiah terhadap dolar AS kemungkinan pada hari ini bergerak pada kisaran Rp14.495 dan Rp14.551 per dolar AS,” katanya saat dihubungi Sariagri.id pada Kamis Pagi.

Menurut Rully, tekanan pada rupiah meningkat disebabkan oleh dolar AS yang mengalami rebound dari posisi terendahnya.

“Selain itu sentimen negatif juga muncul dari kenaikan kasus Covid di Asia, terutama di India yang dikhawatirkan menghambat pemulihan ekonomi,” pungkasnya.

Dilaporkan, indeks dolar yang melacak mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya pada Rabu (Kamis pagi WIB) turun setelah pengumuman dari bank sentral Kanada (BoC). Indeks dolar terakhir sedikit melemah 0,09 persen menjadi 91,1560 pada sore hari. Greenback kehilangan sekitar satu persen terhadap dolar Kanada.

Sebelumnya, dolar AS pulih dari level terendah tujuh minggu terhadap mata uang utama lainnya semalam, karena pelemahan lebih luas di pasar saham yang dipicu oleh kebangkitan kembali kasus Covid-19 di India dan Jepang mendorong mundurnya daya tarik safe-haven dari greenback.

Tawaran untuk keamanan juga telah mendukung franc Swiss dan yen Jepang ketika prospek cerah untuk pemulihan global mulai meredup kembali.

Tetapi katalis untuk pergerakan antara dua dolar Amerika Utara pada Rabu adalah pengingat bahwa prospek perubahan suku bunga telah menjadi kunci bagi mata uang saat pemulihan dimulai.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan bertemu minggu depan dan Bank Sentral Eropa (ECB) akan memutuskan kebijakannya pada Kamis. Meskipun tidak ada yang diharapkan memberi sinyal perubahan kebijakan sekarang, pedagang dapat menahan diri dari taruhan besar selama beberapa hari, kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions, Joseph Manimbo.

"Saya pikir pasar hanya akan memainkannya dengan hati-hati jika Fed mengubah kebijakannya," kata Manimbo.
Saat ini, dia melihat pasar bertindak seolah-olah berada di "persimpangan jalan untuk dolar karena telah berjuang keras bulan ini."

Beberapa analis mengatakan bahwa kecenderungan baru bank sentral Kanada untuk memperketat kebijakan moneter dapat membuktikan perubahan yang terjadi pada bank sentral lainnya.

Bank of Canada secara tajam menaikkan prospek ekonominya dan mengurangi cakupan program pembelian aset berskala besar sambil mempertahankan suku bunga utamanya tetap stabil. Dikatakan bahwa pandemi akan "tidak terlalu merugikan" ekonomi daripada yang diperkirakan.

Pesan bank sentral membawa kembali beberapa sentimen risiko, yang mengangkat mata uang terkait komoditas lainnya, ahli strategi di ANZ Research mencatat. Dolar Australia dan Selandia Baru naik sekitar 0,5 persen.

Baca Juga: Rupiah Dibuka Menguat ke Posisi Rp14.519 per Dolar AS
IHSG Hari Ini Mencoba ‘Rebound’

Imbal hasil obligasi AS 10-tahun naik menjadi 1,58 persen karena berita dari Kanada dan kemudian turun tipis menjadi 1,57 persen, tidak jauh dari level 1,60 persen pada awal minggu, karena obligasi tersebut mengkonsolidasikan keuntungan setelah pembalikan yang telah mendorong imbal hasil ke tertinggi 14 bulan di 1,7760 persen bulan lalu.

Korban terbesar dari kenaikan dolar dalam perdagangan Rabu adalah euro, dengan mata uang tunggal itu melemah 0,24 persen. Yen Jepang, yang sering dilihat sebagai tempat perlindungan yang lebih aman daripada dolar, menguat terhadap greenback di 107,86 tetapi kemudian kembali ke 108,08.