Nilai tukar rupiah di pasar spot pada akhir perdagangan, Selasa (23/2) sore, menguat 25 poin atau 0,18 persen ke level Rp 14.092 per dolar AS.
SariAgri - Nilai tukar rupiah di pasar spot pada akhir perdagangan, Selasa (23/2) sore, menguat 25 poin atau 0,18 persen ke level Rp 14.092 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp14.117 per dolar AS.
Bank Indonesia mencatat kurs tengah trasaksi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada level Rp14.126 per dolar AS, kurs jual Rp14.156 dan kurs beli Rp14.055 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa rupiah perkasa karena indeks dolar turun akibat investor menunggu kesaksian dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell terhadap meningkatnya kekhawatiran inflasi dan menimbang prospek paket stimulus AS yang besar mendekati persetujuan.
“Laporan tengah tahunan Powell di Komite Perbankan Senat pada hari Selasa dan hari berikutnya di panel House Financial Services akan menjadi panduan kebijakan lebih lanjut dan penilaiannya terhadap pemulihan. Sementara itu, Komite Anggaran DPR mengajukan undang-undang bantuan pandemi senilai 1,9 triliun dolar AS dari Presiden Joe Biden, menetapkannya untuk disahkan oleh majelis rendah pada akhir minggu ini,” ujar Ibrahim.
Selain itu, pasar kembali fokus pada ekspektasi inflasi yang meningkat dan potensi stimulus ekonomi yang besar. Kenaikan emas pada hari Jumat dan Senin datang bahkan ketika imbal hasil obligasi pemerintah naik ke level tertinggi satu tahun, mengurangi daya tarik aset tanpa bunga. Kepemilikan dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas juga telah melihat arus keluar yang stabil.
Persepsi yang terbangun di pasar saat ini adalah risiko percepatan laju inflasi karena pemulihan ekonomi. Padahal belum lama ini Powell menegaskan belum nampak tanda-tanda percepatan laju inflasi yang signifikan.
Oleh karena itu, sepertinya kebijakan moneter ultra-longgar masih akan bertahan cukup lama. Padahal pasar sudah memperkirakan ada ruang pengetatan karena risiko inflasi. Peluang pengetatan kebijakan moneter ini tergambar di imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS yang bergerak naik.
Dari dalam negeri, imbuh Ibrahim, pemerintah optimis perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara Mikro akan menekan laju penyebaran covid-19 dan ekonomi disisa waktu Kuartal Pertama akan sedikit membaik. Di samping itu vaksinansi yang genjar di lakukan Pemerintah juga akan berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat apalagi WHO sudah mencanangkan kemungkinan besar di tahun 2022 covid-19 akan sirna. Dan masyakarat sudah bisa kembali bekerja dan pertumbuhan ekonomi akan kembali membaik.
“Hasil kerja keras pemerintah dan masyarakat tentang penanggulangan pandemi Covid-19 perlu mendapat apresiasi dari masyarakat, karena tanpa kerja keras pejabat pemerintah tidak mungkin regulasi akan berjalan dengan baik,” pungkas Ibrahim.
Pergerakan rupiah hari ini sejalan dengan mayoritas mata uang di kawasan. Hingga pukul 15.00 WIB, dolar Taiwan menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah naik 0,24 persen. Disusul, rupee India yang menguat 0,21 persen terhadap the greenback.
Selanjutnya, peso Filipina dan dolar Singapura yang sama-sama menajak 0,10 persen. Berikutnya, yuan China terapresiasi 0,06 persen.
Kemudian ada ringgit Malaysia yang terangkat 0,02 persen serta dolar Hong Kong yang menguat tipis 0,003 persen terhadap dolar AS. Sementara itu, baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah turun 0,08 persen. Diikuti, yen Jepang yang melemah 0,07 persen serta won Korea Selatan yang ditutup terdepresiasi 0,04 persen.
Kurs transaksi dolar AS per Selasa (23/2/2021)