Nilai tukar rupiah di pasar spot pada Selasa (16/2) pagi dibuka menguat 30 poin atau 0,22 persen ke level Rp13.880 per dolar AS.
SariAgri - Nilai tukar rupiah di pasar spot pada Selasa (16/2) pagi dibuka menguat 30 poin atau 0,22 persen ke level Rp13.880 per dolar Amerika Serikat (AS). Kemarin, rupiah ditutup menguat 62,5 poin atau 0,45 persen ke level Rp13.910 per AS.
Analis pasar uang PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan potensi nilai tukar rupiah hari ini akan menguat. “Rupiah berpotensi berada di kisaran Rp13.850-Rp13.980 per dolar AS,” katanya saat dihubungi Sariagri.id pada Selasa pagi.
Menrutnya, ,minat pasar terhadap aset berisiko terlihat masih tinggi pada Sela apagi ini. Selain itum indeks-indeks saham juga menguat. “Minat pasar ini didukung berita positif mengenai kemajuan vaksinasi Covid-19 global, menurunnya kasus baru harian Covid-19, dan prospek stimulus besar pemerintah AS, membuat rupiah berpotensi menguat terhadap dollar AS hari ini,” jelasnya.
Ariston menambahkan, dari dalam negri, selain kasus baru harian covid-19 yang juga menurun. “Surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Januari juga bisa membantu penguatan rupiah hari ini,” pungkasnya.
Dilaporkan, indeks dolar AS tertekan pada Selasa pagi karena optimisme vaksin mendorong poundsterling ke level tertinggi hampir tiga tahun, sementara kenaikan harga minyak dan ekspektasi yang tinggi untuk pemulihan global mendukung mata uang terkait komoditas dan perdagangan.
Dalam perdagangan yang relatif tipis karena liburan Tahun Baru Imlek di China dan hari libur di Amerika Serikat pada sesi Senin, mood positif tersebut juga membebani safe-haven yen yang menyentuh level terendah satu pekan terhadap dolar, tadi malam, dan jatuh ke posisi terendah lebih dari dua tahun versus euro dan Aussie.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, bertengger di posisi 90,351, tidak jauh di atas level terendah dua minggu yang dicapai Rabu lalu.
Yuan, kendaraan yang disukai untuk memainkan pelemahan dolar di Asia, berada di ambang penguatan melampaui 6,4 per dolar untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2018, dan terakhir berada di 6,4033 pada perdagangan offshore.
Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko bertahan di dekat level tertinggi satu bulan pada sesi Senin, yakni 0,7785 dolar AS.
"Dolar AS cenderung berkinerja buruk ketika kita melihat sentimen positif yang luas di pasar," kata Rodrigo Catril, analis National Australia Bank di Sydney.
"Ada juga tekanan inflasi, terutama yang berasal dari harga energi," ujar dia, yang mendorong imbal hasil nominal--menambah beban lain pada yen karena hal itu dapat menarik arus dari Jepang--tetapi menjaga return riil obligasi tetap stabil.
Imbal hasil US Treasury bertenor sepuluh tahun melompat lima basis poin menjadi 1,2501 persen pada awal perdagangan Asia, Senin, sementara sebagian besar mata uang utama relatif stabil.
Sterling, yang menembus 1,39 dolar AS untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun, Senin, bertahan di 1,3912 dolar AS. Juga bertahan stabil di 87,15 pence per euro, level tertinggi sejak Mei 2020.
Pound melonjak sebanyaknya 2,5 persen terhadap dolar dalam waktu kurang dari dua pekan karena peluncuran agresif program vaksinasi Covid-19 di Inggris meningkatkan ekspektasi bahwa ekonominya akan dapat pulih lebih cepat daripada negara-negara Eropa lainnya.
Euro stabil di 1,2132 dolar AS pagi ini, sementara yen, yang merosot 2 persen sepanjang 2021, menyusut jadi 105,36 per dolar. Yen juga mencapai level terendah sejak akhir 2018 terhadap euro dan dolar Australia serta menembus tingkat terendah tiga tahun versus franc Swiss.
"Yen menjadi mata uang berkinerja terburuk pada 2021, dengan korelasi negatifnya terhadap yield US Treasury terbukti menjadi faktor peredam terbesar," kata Francesco Pesole, analis bank asal Belanda, ING.
Hari ini, investor menantikan rilis proyeksi pertumbuhan zona euro, survei sentimen Jerman dan data manufaktur Amerika untuk mengukur kecepatan relatif dari pemulihan pandemi dunia.