De-Stres, Aplikasi Karya Dalam Negeri yang Bisa Ukur Tingkat Stres Kamu

Irma Melyani Puspitasari, M.T., PhD. (unpad.ac.id)

Editor: Reza P - Senin, 21 Desember 2020 | 20:15 WIB

SariAgri - Stres dan depresi bisa menimpa siapa saja. Dalam banyak kasus, stres berkepanjangan bahkan dapat berujung pada tindakan ekstrim, seperti bunuh diri. Gangguan mental semacam ini pun rentan dialami anak-anak muda, termasuk mahasiswa.

Berangkat dari keprihatinan inilah Dosen Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Irma Melyani Puspitasari, mengembangkan aplikasi pengukur tingkat stres dan deteksi dini gangguan jiwa. Aplikasi berbasis Android ini diberi nama De-Stres. 

Lewat aplikasi yang dapat diunduh gratis di platform Google Store ini, mahasiswa dan masyarakat umum dapat mendeteksi kadar dan tingkat stres dengan mudah dan efektif.

Inovasi ini dikembangkan Irma bersama dua koleganya, Rano K. Sinuraya, (Fakultas Farmasi) dan (Fakultas Psikologi), seperti dilansir di laman unpad.ac.id.

Irma menjelaskan, aplikasi De-Stres berfungsi untuk memonitor tingkat stres seseorang secara berkala. Cari ini bertujuan untuk mencegah stres yang secara berkepanjangan.

“Kalau stres berkepanjangan akan dapat menimbulkan depresi,” kata Irma. inovasi ini mulai dikembangkan Irma dan timnya sejak 2019. 

Secara teknis, aplikasi ini berisi dua modul kuesioner yang dapat diisi oleh pengguna. Satu modul untuk mengukur tingkat stres, sedangkan satu modul lain untuk mengukur tingkat depresi.

Pengguna hanya membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit untuk menjawab kuesioner. Kuesioner ini diadaptasi dan divalidasi dari instrumen Perceived Stress Scale-10 (PSS-10) untuk modul tingkat stres, serta instrumen Beck Depression Inventory-II untuk modul tingkat depresi.

Hasil dari kuesioner tersebut akan menentukan apakah pengguna berada pada kategori stres ringan, sedang, atau berat. Aplikasi akan memberikan hasil kuesioner menggunakan jarum yang menunjuk pada warna tertentu, yaitu dimulai dari hijau hingga merah.

Bila indikator jarum menunjuk ke warna cenderung merah, maka pengguna dikategorikan mengalami stres cukup berat. Aplikasi ini juga akan memberikan saran bagi pengguna untuk mengatasi permasalahan mental tersebut.

Saran berupa pemberian dorongan kepada pengguna untuk menceritakan permasalahannya kepada orang yang dipercaya, hingga menyarankan mereka mendatangi psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa.

Irma mengaku sengaja merancang alat pendeteksi stres ini pada model aplikasi seluler agar alat ini dapat lebih mudah menjangkau masyarakat.

Baca Juga: De-Stres, Aplikasi Karya Dalam Negeri yang Bisa Ukur Tingkat Stres Kamu
Canggih, Peneliti Indonesia Ciptakan Aplikasi untuk Tentukan Kualitas Padi

 "Karena secara berkala, nanti di aplikasi akan ada history-nya. Idealnya bisa digunakan sebulan sekali,” kata Irma, yang mengajar mata kuliah Farmakoterapi Gangguan Saraf dan Psikiatri.

Menurut Irma, saat ini banyak mahasiswa ataupun masyarakat yang tidak terdeteksi memiliki gangguan kesehatan mental. Dengan pendeteksian dan penanganan secara dini, diharapkan dapat mengurangi kasus-kasus bunuh diri yang dipicu oleh stres dan depresi berkepanjangan.