Pegung Gambut, Cara Warga Desa Tri Mandayan Simpan Air

Warga membuat sekat kanal untuk mencegah kebakaran lahan (Foto: Istimewa)

Penulis: M Kautsar, Editor: Reza P - Selasa, 25 Agustus 2020 | 19:30 WIB

SariAgri - Warga Desa Tri Mandayan, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat punya cara tersendiri menjaga air di sekitar area gambut tetap terjaga. Dengan kearifan lokal bernama pegung, mereka membuat stok air tetap terjaga.

Pembuatan pegung, alias sekat kanal, dilakukan sejak 2018. Fasilitator Desa Tri Mandayan, Wendrika, mengatakan, sebelum dana desa digulirkan, masyarakat di Desa Tri Mandayan menggunakan dana swadaya untuk membangun sembilan sekat kanal di tiga dusun, Dusun Tanjung Gunung, Dusun Saiyung, dan Dusun Sebadi.

"Sejak awal warga Desa Tri Mandayan mudah diajak diskusi dan mengenal beberapa program BRG (Badan Restorasi Gambut)" kata Wika, sapaan akrab Wendrika, dalam keterangan resminya Selasa (25/8).

Pegung, kata Wika, terbuat dari papan kayu. Meski secara desain pembangunan beda, fungsi pegung tak lain untuk pembasahan lahan gambut.

"Sebenarnya warga punya kearifan lokal tapi nggak sadar. Padahal fungsinya pembasahan, membantu menjaga air tetap ada di lahan gambut, tetap lembab," kata dia.

Dia menggandeng seorang warga bernama Karni untuk mengembangkan sekat kanal secara swadaya. Karni diajak karena punya pengalaman membuat pegung dan parit untuk membawa kayu dari hutan.

Karni berinisiatif memanfaatkan kayu sisa proyek pembangunan sekolah dan terpal bekas. Di dusunnya, dia mulai membangun sekat kanal.

"Yang beli cuma paku," kata Karni.

Kolaborasi pengalaman milik Karni dan pengetahuan mengenai desain pembasahan lahan yang diberikan BRG ini awalnya sempat diragukan. Tetapi, pembuktian datang ketika musim kemarau tahun 2018.

Tidak adanya sekat membuat api kiriman dari desa tetangga membuat kebakaran di lahan gambut. Beruntung. Pegung yang diinisiasi warga masih menyimpan air. Dengan pasokan air yang ada, proses pemadaman terbantu.

"Rupanya berfungsi!" kata Wika.

Pembuktian inilah mendorong warga di dua dusun di desa Tri Mandayan mulai membangun sekat kanal secara swadaya. Tak ketinggalan, pemerintah Desa Tri Mandayan memperkuat kolaborasi dan pembangunan sekat kanal itu dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes).

Pihak desa juga menguatkan peran edukasi dengan Peraturan Desa (Perdes) mengenai pengelolaan ekosistem gambut. Kepala Desa Tri Mandayan, Bujang Suhardi mengatakan, selain memasukkan rencana penanggulangan kebakaran lahan, pihaknya juga menyiapkan pelatihan. Pihak desa menggelar pelatihan penggunaan peralatan pemadam kebakaran.

"Ada peralatan yang untuk memadamkan kebakaran yang diajarkan," ucap Suhardi.

Pelatihan yang digelar juga menyasar edukasi Pengelolahan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).

Kearifan Lokal Dorong ekonomi Warga

Sekat kanal atau pegung bak membangun kembali ingatan warga tentang kearifan lokal yang mereka miliki. Selain terhindar dari kebakaran, warga juga mulai merasakan dampak ekonomi yang dihasilkan.

"Alhamdulillah. Tadinya musim kemarau tanaman kering, hidup segan, mati tak mau. Dengan ada sekat kanal tanaman bisa bertahan," ucap Karni.

Suhardi juga mengamini kondisi ini. Sebelum kehadiran sekat kanal, sulit untuk mengolah lahan gambut di desanya.

"Baru setelah ada sekat kanal, lahan baru bisa dikelola," ucap Suhardi.

Warga dusun bisa memanfaatkan lahan gambut basah itu untuk budi daya tanaman hortikultura, seperti sayur mayur dan buah-buahan. Tanaman hortikultura itu dibudidayakan di sela-sela karet dan kopi.

Selain hortikultura, warga juga punya produk andalan berupa jahe instan.

Pembangunan sekat kanal ini bagian dari optimalisasi dana desa yang dikelola Desa Tri Mandayan. Di tahun 2017, desa itu mendapat bantuan dana desa sebesar Rp802.053.000. 

Dana itu untuk kegiatan bidang penyelenggaran pembangunan desa dan bidang pemberdayaan masyarakat.

Seperti diketahuai, pemerintah menganggarkan dana desa sebesar Rp72 triliun Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2021. Angka tersebut mengalami kenaikan 1,1 persen dari tahun 2020.

Dana tersebut difokuskan untuk pemulihan ekonomi desa dan pengembangan sektor prioritas. Salah satu, sektor prioritas yang mendapat dukungan usaha yaitu usaha budi daya pertanian, perikanan, dan kehutanan untuk mendukung ketahanan pangan.