Soal Gunung Bergeser di Kupang, Begini Penjelasan Ahli

Editor: Yoyok - Selasa, 21 Februari 2023 | 12:00 WIB
Sariagri - Jagat media sosial digegerkan dengan beredarnya video kejadian alam tentang pergeseran sebuah gunung di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Jalan Trans Nasional Timor, Taraki. Peristiwa yang terjadi pada Minggu (19/2/2023) itu terkesan tidak biasa, apalagi gunung itu menutup jalan.
Menanggapi hal itu, Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan menjelaskan bahwa melihat hasil video dan foto, gerakan tanah di Jalan Trans Nasional Timor di Takari tersebut cukup luas.
PVMBG Badan Geologi menganalisis kemungkinan kejadian tersebut berupa longsoran dengan bidang gelincir dipengaruhi struktur geologi atau bidang gelincir atau batas satuan batuan (litologi) dengan material tanah dan bahan rombakan (jika batuannya sifatnya lepas, tidak padu).
"Percepatan pergerakan juga dipengaruhi atau dikontrol oleh kelerengan, struktur geologi dan tingkat kejenuhan material penyusunnya. Lihat di map, gerakan tanah ini terjadi pada tekuk 2 lereng pada lembah, dan melihat morfologinya merupakan morfologi longsoran lama," ungkap Hendra, Selasa (21/2/2023).
Hendra menyatakan, gerakan tanah kemungkinan dipicu oleh hujan yang terjadi sebelumnya. "Untuk memastikan detail mekanisme dan faktor penyebabnya memang perlu dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan detail di area tersebut," kata Hendra.
Mengenai isu lempeng Australia, kata Hendra, pergerakan lempeng (tektonik) terjadi di semua tempat di Indonesia, hanya arah dan kecepatannya yang berbeda. "Kalau gerakan tanah sifatnya lokal, sangat dipengaruhi geologinya (litologi dan struktur yang berkembang di area tsb)," ungkap Hendra.
Asumsi nya terlalu berlebihan.itu bukan gunung pindah tapi longsor.jalan yg tertutup tidak lebih dr 200meter ko.lihat video drone ini pic.twitter.com/HpuDy4XTzu
— Wazza (@ress_achmad) February 18, 2023
Badan Geologi Kementerian ESDM kemudian merekomendasikan kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan akan potensi kemungkinan longsoran susulan.
"Sementara dibuat jalan alternatif, pembersihan material longsoran dengan melihat kondisi kestabilan material dan cuaca, pemantauan perkembangan retakan, penyelidikan detail area tersebut dan koordinasi dan kolaborasi antar instansi yg berkaitan dengan kebencanaan," tandas Hendra.
Sementara itu, Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) wilayah X menegaskan bahwa bencana yang terjadi di jalan trans pulau Timor, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur bukan merupakan gunung bergerak atau berjalan tetapi murni longsor.
"Beredar video di media sosial bahwa itu adalah gunung bergerak sehingga menutupi jalan, tetapi setelah diteliti murni karena longsor," kata Kepala Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah I BPJN X, Azhari.
Dia mengatakan hal ini berkaitan dengan beredarnya video yang kini semakin viral. Video tersebut menjelaskan soal gunung bergerak atau jalan.
Dia menambahkan bahwa pihaknya sudah meneliti soal hal itu dengan menerbangkan drone hingga ke puncak bukit tersebut untuk mencari tahu penyebab mengapa sehingga bisa longsor dan menutupi jalan trans pulau Timor.
Pihaknya menemukan di puncak bukit warga yang memiliki kebun, membuat semacam embung sekitar dua embung dengan menampung air pada saat hujan.
"Sehingga beratnya air yang tertampung membuat sisi lereng bukit itu pun terdorong sehingga terjadi longsor dalam jumlah sangat besar," ujar dia.
Belum lagi curah hujan yang tinggi membuat resapan air di pori-pori tanah di puncak bukit itu semakin lembek sehingga memudahkan area perbukitan itu longsor.
Tak hanya itu area perbukitan yang sudah gundul akibat penebangan pohon oleh warga yang membuka kebun baru, juga memperparah longsor tersebut.
Baca Juga: Soal Gunung Bergeser di Kupang, Begini Penjelasan AhliAntisipasi Kemarau Kering, BMKG Ajak Masyarakat Panen Air Hujan
Karena itu, dia berharap masyarakat bisa mencerna berbagai informasi yang ada di media sosial dengan baik, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda.
Saat ini ujar dia proses pembuatan jalur alternatif masih terus dilakukan oleh BPJN X NTT dengan harapan agar kendaraan dengan berat di atas lima tonase bisa melintas.