Kondisi Korban Tragedi Kanjuruhan, Ada yang Tidak Mau Makan

Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 11 Oktober 2022 | 14:45 WIB
Sariagri - Tim trauma healing untuk para korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Malang disiapkan dan terus bekerja. Diketahui, mereka mayoritas mengalami trauma dan gangguan psikologis pascakejadian.
Wali Kota Malang Sutiaji mengakui, banyak korban dan keluarga ahli waris korban yang masih mengalami trauma secara psikologis pasca tragedi kemanusiaan itu. Sejauh ini ada 30 orang meninggal dunia di Kota Malang akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, yang sudah ditangani secara trauma healing.
"Perlu ada pendampingan psikologi, ini akan kami lakukan terus menerus (pendampingan psikologis), bukan hanya 30 korban meninggal, tapi termasuk para korban yang dirawat dan keluarganya," kata Sutiaji.
Menurut Sutiaji, sejauh ini sudah ada 16 - 17an orang yang telah dilakukan pendampingan psikologis ke korban. Mereka yang diberikan trauma healing, juga termasuk yang di rumah sakit karena luka-luka.
"Yang kemarin itu bukan hanya yang meninggal saja, tapi semuanya menyasar terus, yang ke keluarga meninggal sudah ada 16 - 17an, termasuk kunjungan yang ke sakit-sakit itu. Ini terus ada kunjungan," ungkapnya.
Pemulihan psikologis dilakukan secara bergilir, di masing-masing kecamatan. Saat ini misalnya, tim berfokus di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
"Ya nanti hari ini yang banyak di Kedungkandang, keterbatasan waktu kita sehingga yang 10 di Kedungkandang, besok kita teruskan, lusa kita teruskan," paparnya.
Baca Juga: Kondisi Korban Tragedi Kanjuruhan, Ada yang Tidak Mau MakanPuluhan Warga Keracunan Mie Ayam Usai Gelar Doa Bersama
Mayoritas dari para keluarga korban jiwa itu seolah teringat-ingat dan kepikiran dengan mereka yang ditinggalkan. Bahkan beberapa di antara keluarga korban ini disebut masih didampingi intensif karena tidak mau makan.
"Ya kehilangan pasti, kehilangan rasa selalu ingat, berangkat dalam kondisi sehat, pulang kok tinggal nama, itu siapapun punya pikiran itu sambil kita kasih penguatan sehingga minta data nomor teleponnya. Sewaktu-waktu nanti ada keluhan kadang itu nggak terasa, mau makan dan seterusnya, dinas kesehatan juga akan mendampingi karena sakit psikologi jauh lebih susah daripada medis," pungkasnya.