Siap-siap, Jokowi Sebut Kondisi Tahun Depan Bakal Lebih Gelap

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka BUMN Startup Day 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (26/9/2022).(Dok: Sekretariat Presiden)

Editor: Yoyok - Senin, 26 September 2022 | 12:15 WIB

Sariagri - Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kondisi perekonomian global saat ini sedang dalam posisi sulit. Jokowi bahkan memproyeksikan kalau kondisi pada tahun depan bakal lebih sulit daripada tahun ini. 

Menurutnya perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sulit diselesaikan dan terus berkecamuk sampai waktu yang tidak ditentukan.

“Lembaga-lembaga internasional menyampaikan tahun 2022 merupakan sangat sulit. Tahun depan akan lebih gelap. Saat saya bertemu dengan Presiden Putin selama 2,5 jam diskusi ditambah dengan ketemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy 1,5 jam saya berdiskusi, saya menyimpulkan perang tidak akan segera selesai. Akan lama,” ujar Jokowi saat memberikan sambutan pembukaan BUMN Startup Day tahun 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Senin (26/9/2022). 

Jokowi menjelaskan perang yang tak berkesudahan akan berakibat pada kesulitan-kesulitan seperti, krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, dan lainnya. Bahkan, pandemi Covid-19 yang belum pulih akan berakibat krisis pangan yang berpotensi terhadap angka kelaparan. 

“Sekarang ini baru saja saya dapat angka 19.600 orang setiap hari mati kelaparan karena krisis pangan. Namun, itu dunia, untuk saudara-saudara saya melihat ini justru ada peluang yang bisa dilakukan,” katanya. 

Jokowi meyakini peluang tersebut hadir karena ekonomi digital Indonesia tumbuh pesat dan tertinggi di Asia Tenggara, melompat 8 kali lipat dari 2020 di kisaran Rp632 triliun dan berpotensi melompat menjadi Rp4.531 triliun pada 2030.  

“Artinya, peluangnya besar sekali. Dan ini adalah kesempatan bapak ibu dan saudara sekalian, terutama yang muda. Karena juga pengguna internet di Indonesia ini sudah mencapai 77 persen. dan penggunaannya 8 jam, 36 menit setiap harinya coba. Besar sekali potensi yang ada,” ujarnya.  

Jokowi melanjutkan perusahaan rintisan (startup) Indonesia merupakan yang tertinggi ke-6 di dunia sehingga merupakan potensi baik yang harus dikembangkan.  “Namun, hati-hati, dari kategori yang saya lihat memang yang paling besar masih di fintech 23 persen, kemudian ritel ada 14 persen, padahal tadi kalau kita lihat urusan masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi dan itu adalah kesempatan, itu adalah peluang. Agriculture hanya 4 persen. Hati-hati ini ada kesempatan besar di situ,” katanya. 

Jokowi mendorong agar startup di bidang teknologi pangan dapat dikembangkan. Mengingat dalam pangan turut terlibat urusan produksi, urusan distribusi, dan urusan pasar yang dapat dihubungkan oleh bantuan startup. 

“Dan yang namanya urusan pangan ini kan tidak hanya urusan beras saja. Komoditas yang lainnya banyak sekali. Sayur, pangan tidak hanya beras. Ada sorgum, ada porang, ada kasava, ada sagu, dan lainnya. Sehingga ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, dari nelayan di lautan, sampai masuk melompat ke dapurnya ibu rumah tangga. Peluangnya sangat besar sekali,” katanya. 

Teknologi Kesehatan

Jokowi juga mendorong startup yang bergerak di bidang teknologi kesehatan (healthtech) mengingat persoalan kesehatan masih melanda di tingkat global. “Juga urusan kesehatan, di situ peluangnya juga sangat besar sekali. Kita ini negara dengan 17.000 pulau, 514 kab/kota, 34 provinsi, apa yang bisa kita lakukan agar kesehatan kita ini bisa melompat, telemedicine bisa disambungkan, operasi jarak jauh bisa disambungkan dengan platform dengan aplikasi,” ujarnya. 

Baca Juga: Siap-siap, Jokowi Sebut Kondisi Tahun Depan Bakal Lebih Gelap
Jokowi: Pemerintah Sudah Bagikan 5 Juta Hektare Tanah Sosial

Jokowi mengimbau agar startup yang mendukung tumbuh kembang UMKM digital agar makin banyak hadir apalagi disebutnya Indonesia memiliki 65,4 juta UMKM.  “Memang masih banyak persoalan, urusan kemasan, urusan kualitas, produksi, urusan kapasitas produksi, tetapi di situ baru 19 juta yang masuk ke platform digital. Sehingga masih ada ruang yang sangat besar untuk bisa kita kerjakan di sana,” tuturnya. 

Jokowi pun mengingatkan bahwa pelaku startup juga tetap harus berhati-hati, khususnya bagi pemain baru karena selain potensi yang besar, peluang gagal juga menghantui. “Hati-hati persen sampai 90 persen startup gagal saat merintis. Karena sekali lagi tidak melihat kebutuhan pasar yang ada. berangkatnya mestinya dari kebutuhan pasar yang ada itu apa, Juga karena kehabisan dana, ini nanti fungsinya venture capital, fungsinya BUMN agar ekosistem besar yang ingin kita bangun ini bisa saling sambung sehingga semuanya terdampingi dengan baik dan bisa tidak gagal untuk masuk ke pasar, ke peluang yang ada di negara kita,” kata Jokowi.