Ramadan dan Lebaran Jadi ‘’Sekoci’’ Ekonomi Indonesia Triwulan II

Editor: M Kautsar - Senin, 8 Agustus 2022 | 21:00 WIB
Sariagri - Meskipun dihadapkan pada ketidakpastian dan tren perlambatan ekonomi global, pemulihan ekonomi nasional semakin menguat pada triwulan II-2022. PDB nasional tumbuh kuat sebesar 5,4 persen pada triwulan II-2022 (yoy), melampaui ekspektasi pasar. Pencapaian ini juga semakin memperkuat level perekonomian untuk terus melaju melampaui level prapandemi.
“Sekarang sudah 6,8 persen di atas level PDB riil 2019. Relaksasi aturan perjalanan yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, terutama di masa Ramadhan dan Lebaran, serta kinerja ekspor komoditas unggulan yang masih sangat kuat menjadi faktor kunci pendorong pertumbuhan triwulan ini,” ucap Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari, Senin (8/8/2022).
Aktivitas konsumsi masyarakat meningkat pesat pada periode bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,5 persen (yoy) pada triwulan II, setelah pada triwulan sebelumnya sempat tersendat akibat penyebaran varian Omicron.
Selain itu, antusiasme masyarakat yang sangat tinggi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri tahun ini juga berperan krusial dalam menopang kuatnya aktivitas konsumsi masyarakat. Aktivitas mudik lebaran sempat tertahan selama dua tahun ke belakang karena tingkat penyebaran kasus COVID-19 yang masih tinggi sementara vaksinasi masih relatif rendah.
Di triwulan II-2022, berkat partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi dan tingkat penyebaran COVID-19 yang terkendali, aktivitas mudik dapat berjalan dengan lancar. Mobilitas yang meningkat pada triwulan II ini juga diindikasikan dari pertumbuhan sektor transportasi dan akomodasi yang keduanya bertumbuh pesat pada periode tersebut.
Stabilitas pertumbuhan konsumsi juga tidak terlepas dari peran APBN yang dioptimalkan untuk menyerap tingginya tekanan inflasi global. Tingkat inflasi nasional memang dalam tren yang meningkat, terutama dalam dua bulan terakhir.
“Meksipun demikian, tingkat inflasi Indonesia masih relatif terkendali jika dibandingkan dengan negara lain, seperti AS, UK, Eropa, Singapura, Thailand, dan Filipina,” kata dia.
Lima negara tersebut mengalami lonjakan inflasi sebesar 9,1 persen untuk AS; 9,4 persen untuk UK; 8,6 persen untuk Singapura; 6,7 persen untuk Singapura; 7,7 persen untuk Thailand; dan 6,1 persen untuk Filipina pada periode yang sama (Juni-2022). Inflasi yang cenderung moderat ini juga tercermin dari perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan tingkat kenaikan harga produsen yang mencapai 11,8 persen pada triwulan II-2022.
“Ke depan, dinamika global masih akan menjadi tantangan utama bagi stabilitas harga domestik. Peran APBN dalam menjaga momentum pemulihan akan terus dimaksimalkan, terutama dalam melindungi daya beli masyarakat berpendapatan rendah,” ujar dia.