Rencana Pencabutan DMO Direspons Berbeda Saham Emiten Sawit

kebun sawit di Malaysia. (Foto: Wikimedia Commons)

Penulis: M Kautsar, Editor: Yoyok - Selasa, 26 Juli 2022 | 16:40 WIB

Rencana pemerintah mencabut Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) minyak goreng dan bahan bakunya direspons berbeda oleh pasar efek. Padahal, sehari sebelumnya harga saham emiten perkebunan sawit sempat melonjak.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang kemarin berjaya 5,32 persen hari ini mengalami pelemahan. Saham AALI melemah 0,27 persen pada penutupan sesi kedua bursa menjadi Rp9.375 dari sebelumnya Rp9.400 per saham.

Kondisi berbeda terjadi pada saham PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Saham emiten ini justru melonjak 20 poin atau 0,46 persen menjadi Rp4.390 per saham dibandingkan kemarin Rp4.370 per saham. 

Sebelumnya, Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas, Lionel Priyadi, dalam riset hariannya menyatakan pemerintah akan bergerak cepat mencabut kebijakan DMO dan DPO. Langkah ini muncul setelah harga minyak goreng curah mencapai Rp15.700 per kilogram.

“Menurut kami, perubahan kebijakan ini memberikan peluang trading jangka pendek bagi saham-saham di sektor kelapa sawit,” kata Lionel.

Sementara itu, Research Analyst Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap, menyebut bahwa pencabutan kebijakan DMO itu akan mendorong produsen minyak sawit meningkatkan ekspor. Tapi, aktivitas ini akan membuat CPO domestik yang lebih rendah di bulan-bulan mendatang.

Baca Juga: Rencana Pencabutan DMO Direspons Berbeda Saham Emiten Sawit
IHSG Ditutup Menguat, Sektor Energi Pimpin Penguatan

“Di sisi lain, seperti yang kami perkirakan dari aktivitas ekspor yang lebih tinggi di Indonesia, kami memperkirakan harga CPO global akan terus melemah dalam beberapa bulan mendatang,” ucap dia.

Juan memprediksi rerata harga CPO global akan menyentuh angka 4.700 ringgit Malaysia (setara Rp15,8 juta) per ton pada 2022 dan 3,900 ringgit Malaysia (setara Rp13,1 juta) per ton pada 2023.